Thursday 9 June 2011

Kisah Tentang Kotak AMAL Di Iran

Oleh : Purkon Hidayat
Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Sepasang tangan menengadah berbalut warna kuning menyala tepat berpadu dengan keteduhan aroma biru. Di bagian tengah tertulis logo Komite Emdad Imam Khameini, tepat di bawah tulisan kotak sedekah berbahasa farsi.
Kotak sedekah segi lima itu kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi Iran pasca kemenangan revolusi Islam. Inilah simbol baru Iran selama tiga dekade. Simbol tersebut seusia dengan revolusi Islam yang telah mengubah haluan negara muslim yang dihuni lebih dari 74 juta jiwa.
Kotak sedekah segi lima ini mengundang tanya bagi orang asing seperti saya. Delapan tahun lalu, ketika pertama kali menginjakan kaki di negeri sahara ini, untuk pertama kalinya saya menyaksikan deretan kotak sedekah berjejer di pintu tol dua lajur Tehran-Qom. Persis, di depan komplek pemakaman Imam Khameini. 
Belum reda rasa heran itu, kotak-kotak sedekah semakin banyak jumlahnya saat memasuki kota Qom, terutama di sekitar komplek pemakaman Sayidah Fatimah, yang menjadi jantung kotam sekaligus pusat ziarah kota kecil itu. 
Kotak amal segi lima berwarna biru tegak berdiri ditopang satu tiang yang sewarna dengan gambar tangan yang menengadah, kuning kontras. Kotak sedekah itu sepertinya dibiarkan disengat terik matahari dan diguyur air hujan.
Tanpa kunci gembok besar dan rantai pengikat, kecuali kunci kecil yang biasa digunakan untuk kotak-kotak sedekah di tanah air. Terbersit keheranan di kepala saya. Kotak seperti itu tentu mudah dijarah. Betapa tidak, kotak amal yang disimpan rapi di toko-toko saja bisa kebobolan, apalagi yang keleleran di jalan seperti itu. 
Di Iran, saya menemukan fenomena kontras. Kotak amal yang gentayangan di jalanan, belum terdengar terjadi kebobolan. Setidaknya, selama delapan tahun menetap di negeri kaum Mullah ini, saya tidak pernah mendengarnya. Padahal jumlah kotak amal tersebut terbilang besar. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 5,8 juta kotak sedekah tersebar di seluruh penjuru Iran. Selama 24 tahun, dari kotak sedakah tersebut telah terhimpun dana melebihi 4,7 trilium rial. 
Kotak-kotak sedekah itu digalang oleh organisasi sosial masyarakat bernama Komite Emdad Imam Khomeini. Lembaga ini dibentuk atas instruksi langsung Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini, pada 5 April 1979. Tepat 22 hari pasca kemenangan revolusi Islam Iran, 22 Bahman.
Tujuan utama pendirian lembaga sosial ini untuk mengangkat harkat dan martabat mustadafin dan menjadikannya mandiri secara ekonomi maupun sosial. Selama tiga dekade, Komite Emdad Imam Khameini telah mengucurkan bantuan kepada 1.891.232 keluarga miskin, dan 4.619.028 orang yang membutuhkan.Hingga kini, sekitar lembaga sosial ini telah membantu perbaikan ekonomi 1.069.590 keluarga pedesaaan Iran. Emdad Imam Khameini juga menyalurkan bantuan kepada 2.704.465 orang yang menetap di wilayah pedesaan. 
Tidak hanya itu, lembaga sosial ini juga membantu perbaikan ekonomi sebanyak 808.626 keluarga miskin kota. Data resmi yang dikeluarkan Komite Imdad Imam Khameini menyebutkan bahwa setahun yang lalu sebanyak 1.871.275 orang warga miskin kota terbantu melalui program pengentasan kemiskinan yang dilakukan lembaga sosial ini.
Selama tiga dekade, Komite Emdad menyalurkan pinjaman lunak sebesar 479.000 jenis dengan nilai sebesar 6,563 trilium rial. Hasilnya, sebanyak 120.800 keluarga telah mandiri.
Selain disebar di jalan-jalan, kotak sedekah itu juga dipasang di tempat-tempat strategis pada momentum tertentu. Misalnya, pada akhir musim panas setiap tahunnya, kotak sedekah itu berdampingan mesra dengan tenda-tenda amal pada hari perayaan Jasn Atefe, hari berbagi kasih sayang. 
Selama 14 tahun, Jasn Atefe ini telah menghimpun dana sebesar 243,1 milyar rial untuk membantu anak-anak sekolah kurang mampu yang akan menjalani tahun ajaran baru di awal musim gugur. Even ini sekaligus mendidik anak-anak untuk empati kepada sesamanya yang kurang beruntung secara ekonomi.
Di luar itu, pada momentum tertentu seperti hari-hari besar nasional, Komite Emdad juga menggalang dana dengan menebarkan kotak-kotal sedekah itu.
Kini, setelah delapan tahun berlalu, saya menyaksikan kotak sedekah itu tetap tegar di tengah teriknya musim panas jalanan kota Tehran. Di tengah belantara papan reklame yang menjual konsumerisme bagi jutaan mata yang melintasi jalanan kota metropolis itu, kotak sedekah mengetuk nurani agar tidak terhanyut di rimba rutinitas yang kian hari menggerus penghuninya terasing dari dirinya sendiri. Kotak sedekah itu, mengajak menemukan kembali kemanusiaan dengan menghidupkan rasa peduli kepada sesama. Itulah pelita dari kotak sedekah.
Gubahan Saadi menyadarkan kembali pesan dari kotak sedekah itu.
anak Adam bak satu tubuh
ketika salah satu anggota badan sakit
yang lain akan merasakannya
Jika tidak demikian,
tidak layak disebut manusia.
(IRIB/GemaMustadhafin/PH)

Sumber: