Wednesday 1 June 2011

Suami Yang Pemaaf



Seorang anak laki-laki lahir dari sepasang suami istri setelah 11 tahun pernikahan. Mereka adalah pasangan yang saling mencintai dan anak mereka adalah anak yang sangat berharga di mata mereka. Saat anak itu berumur dua tahun, di suatu pagi sang suami melihat sebuah botol obat terbuka.
  Ia sudah terlambat kerja sehingga ia meminta istrinya untuk menutup botolnya dan meletakkannya di lemari. Si ibu, karena sedang sibuk di dapur, melupakan suruhan suaminya itu. Anak kecil itu melihat botol tersebut dan bermain dengan botol dan karena tertarik dengan warnanya, lalu meminum isinya. Obat itu menjadi obat yang beracun karena itu obat khusus orang dewasa. Saat anak kecil itu pingsan, ibunya buru-buru membawanya ke rumah sakit, namun tidak selamat. Ibunya tertegun. Ia takut menghadapi suaminya.
Saat sang ayah yang kebingungan datang ke rumah sakit dan melihat anaknya yang sudah meinggal. Ia melihat istrinya dan mengucapkan hanya 4 kata.
Apa menurutmu yang ia katakan?
Sang suami hanya berkata "Aku mencintai dirimu sayang"
Reaksi sang suami yang tidak diduga-duga itu adalah sifat proaktif. Anaknya sudah meninggal. Ia tidak akan pernah bisa dihidupkan kembali. Tidak ada gunanya mencari kesalahan terhadap ibunya. Di samping itu, jika si suami mengambil sedikit waktu untuk menyingkirkan botol itu, kejadian itu tidak akan terjadi. Tidaka da gunanya menaruh kesalahan pada salah satu dari mereka. Sang istri juga kehilangan anak satu-satunya. Apa yang ia butuhkan saat itu adalah penghiburan dan simpati dari suaminya. Inilah yang diberikan sang suami pada istrinya.



Kadang kita menghabiskan waktu mencari siapa yang bertanggung jawab atau siapa yang disalahkan, baik dalam sebuah hubungan, dalam pekerjaan atau orang yang kita tahu. Kita kehilangan kehangatan dalam memberikan dukungan satu sama lain dalam hubungan antar manusia. Bagaimanapun juga, bukankah seharusnya mengampuni orang yang kita cinta menjadi hal yang termudah untuk dilakukan? Simpan dengan baik semua yang kamu miliki. Jangan menggandakan rasa sakit, derita dan sengsara dengan menahan pengampunan.